selamat datang

great lawyer....
semoga menjadi kenyataan...amin
anda berkunjung, mohon doa ya:)

Senin, 22 November 2010

dua orang sahabat berjalan menyelusuri padang pasir yang amat luas. Hingga sejauh mata memandang, yang tertangkap hanya gundukan pasir, pasir, dan pasir lagi. Perjalanan panjang itu melelahkan, belum terhitung matahari yang bersinar garang, seolah hanya berjarak sejengkal dari ubun-ubun kepala.
Tetapi, perjalanan itu tetaplah dilanjutkan, meski kaki tertatih melangkah.
Hingga, pada satu titik, yang tak jelas dimana itu, badai pasir datang tanpa diduga dan mengakibatkan kekacauan yang luar biasa. Dua sahabat kebingungan, karena bekal air minum yang menjadi "nyawa" mereka sudah entah kemana. Belum lagi mata dan lubang-lubang tubuh lainnya yang sudah terisi pasir dan jangan tanya sakitnya.
Namun, perjalanan tetaplah sebuah perjalanan, yang harus menemui ujung walaupun waktu tak memberi kepastian untuk mengakhiri nya. Dengan lebih tertatih lagi, dua sahabat saling merangkul dan berbagi kekeuatan, "ayo teman, kita selesaikan semua ini".
Di saat bingung dan kesedihan melanda, salah seorang sahabat menulis di atas pasir dan menumpahkan cerita bahwa mereka dilanda kesusahan. Bekal air mereka raib, dan mereka tidak terlalu yakin akan hidup mereka beberapa menit ke depan, entah masih ada nywa, atau sudah tinggal nama.
berselang waktu kemudian, seorang sahabat berteriak mengatakan bahwa mereka menemukan oase di sana. Sedang, sahabat yang satu kembali tidak percaya, "itu fartamogana". Dekat, dan semakin dekat, ternyata itu memang sebuah sumur kecil yang berisikan sekian liter air, yang akan menjadi penentu hidup mereka
lagi, lagi jangan tanyakan berapa besar bahagia yang dirasakan. Minum sepuasnya, dan mengisi bekal sesukanya, itu lah yang mereka lakukan.
Perjalanan belum berakhir, tetapi setidaknya mereka telah menyelesaikan separonya, dan setengahnya lagi dengan keyakinan baru.
sahabat tadi kembali menulis, tapi tidak di atas pasir melainkan mengukir di atas sebongkah batu. " kami bergembira, kami mendapati sumur yang airnya segar dan menyejukkan"

melihat tingkah pola sahabatnya, rasa ingin tahu sudah tak terbendung lagi, hingga ia bertanya," tadi ku lihat, kau menulis di atas pasir, dan sekarang kau mengukir di atas batu. apa ada sesuatu yang menarik untuk diceritakan?"

sahabat ini tersenyum, dan berujar,"ketika kita kesusahan, aku tulis di pasir biar angin kebahagian membawa serta tulisan itu. tetapi ketika aku mendapatkan kebahagiaan maka aku ukir di batu, agar tidak ada angin bisa menghapusnya, biar dia abadi"





cerita itu, anggap sebagai pengantar tidurmu teman, tapi yang pasti bahwa aku ingin kau seperti seorang sahabat tadi. Ketika ada kegelisahan, maka buatlah hati mu laksana pasir yang luas, dan aku tidak akan melarangmu untuk menumpahkan kegelisahan itu. Bahkan andaikata kau tambah dan kau bumbui dengan caci maki yang penuh kebencian pun silahkan. Namun, ingat jadikan landasan itu adalah pasir, yang tidak bertahan lama dan akan hilang terbawa angin kebhagian, meski sedikit tapi setidaknya membuat tulisan itu kabur berantakan. AKan tetapi teman, ketika kau bahagia, maka rubahlah sekejap hatimu seperti batu, dan ukir lah ceritamu di atasnya, agar hanya triliunan kesedihan dan air mata yang bisa membuat ukiran itu sedikit cacat"

dan, jadi kan lah aku bagian dari ukiran batu tersebut. meski satu dua paragraf, aku ingin menjadi cerita yang kau pilih untuk disimpan di batu dan bukan di pasir